Review : The Social Network

Akhirnya saya bisa melepaskan kerinduan saya atas suatu ruangan (tempat) yang dinamakan bioskop setelah sebulan lebih saya tidak mengunjunginya. Dan hari ini The Social Network menjadi korban pelampiasan saya. Agak telat memang tapi itu bukan perkara besar. Saya memang agak kurang berminat pada film ini walaupun sudah sejak awal saya mengetahui bahwa David Fincher lah yang menahkodai film ini. Jujur, tidak banyak filmnya yang sudah saya tonton. Ini merupakan filmnya yang keempat yang telah saya tonton setelah Se7en, The Curious Case of Benjamin Button dan Zodiac. Tapi entah kenapa, saya cukup penasaran dengan The Social Network.

"Drop the 'the'. Just 'Facebook'. It's cleaner."

The Social Network bercerita tentang pendiri serta proses mendirikan sebuah jejaring sosial, Facebook. Skenario film ini diadaptasi dari buku The Accidental Billionaires karya Ben Mezrich.

"The site got twenty-two hundred hits within two hours?"
"Thousand."
"I'm sorry?"
"Twenty-two thousand."
"Wow."

The Social Network tak hanya menceritakan tentang bagaimana proses terbentuknya Facebook tetapi juga menghadirkan konflik atau permasalahan yang terjadi saat itu terbentuk dan proses pengembangannya. Dan konflik tersebut sangat berhasil membuat saya ikut terbawa arus, bagaimana Mark Zuckerberg (Jesse Eisenberg) mencuri ide Winklevoss bersaudara dan apa yang Mark lakukan kepada teman baiknya Eduardo Saverin (Andrew Garfield). Citra Mark dimata saya, ia merupakan orang yang sangat menjengkelkan. Selain Mark, Sean Parker (Justin Timberlake) juga memancing emosi saya. Mereka sangat menjengkelkan. Justin dan Jesse menunjukkan kualitas mereka dalam berakting meskipun pada awalnya sempat saya remehkan. Itu terbukti, bagaimana mereka sukses membuat karakter Sean dan Mark menjadi kedua karakter yang saya benci sepanjang film. Akting Andrew Garfield lumayan menjanjikan, setidaknya saya berharap bahwa karakter Peter Parker tidak jatuh pada orang yang salah.

"You're not an asshole, Mark. You're just trying so hard to be."

Walaupun dari segi tema cerita dan para jajaran cast yang sempat diremehkan oleh orang banyak (saya salah satunya) namun David Fincher mampu mengemas dan mengeksekusi film ini dengan hebat. Diselipkannya sedikit candaan dalam dialog, membuat dialog tidak terasa menjemukan dan film pun menjadi enak untuk ditonton. Namun mengapa dari 10 orang penonton di bioskop tadi, hanya saya dan wanita di seberang saya (terpisah oleh jalan/tangga setapak) yang tertawa ya? Kemana yang lainnya? Apakah mereka tidak mengerti atau tidak menikmati film ini? Atau malah sudah tertidur pulas? Namun yang jelas David Fincher (The Social Network) sangat memuaskan saya.

2 comments:

Anonymous said...

iya, gak semua orang tertawa sama jokes yang ditawarkan fincher dalam film ini. gw yakin sih karena jokes dalam film ini terlalu cerdas dan berkelas tinggi untuk bisa dikonsumsi.
dan satu lagi yang unik pas gw nonton, ada juga lho yang WO (walk out), parah!!! hahahahaa

Thyo Aditya said...

@ardnas20: iya pas 5 mnit prtama film,gw jga ga bgtu ngerti dgn dialog"nya hehe..
hah,yg bener? parah bgt,mngkin gara" tuh orang bener" ga ngerti filmnya kli ya hahaha