Review : Madame X

Sudah tiga minggu lebih saya tidak bersentuhan dengan film karena kesibukan baru saya, yaitu kuliah. Maklum, mahasiswa baru yang lagi senang-senangnya menikmati dunia perkuliahan. Bingung ingin menonton dan me-review film apa, maka saya putuskan untuk menonton Madame X, yang orang-orang bilang kalau ide serta komedinya unik dan nyentrik.

Berhubung saya lagi malas membuat sinopsis versi saya sendiri, jadi berikut ini adalah sinopsis resmi yang telah beredar :
Ketika Ibukota di sebuah negeri antah berantah terancam oleh kemunculan Kanjeng Badai (Marcell Siahaan) dan partai politiknya yang militan dan homophobia, keselamatan negeri ini bergantung pada Adam (Amink), seorang penata rambut yang kemayu. Dengan kekuatan tas make-up dan peralatan dandan, juga perpaduan seksi antara seni bela diri dan gerak tari, Adam harus mengalahkan Kanjeng Badai dengan gemulai sebelum musuhnya itu memenangkan pemilu. Akankah sepatu berhak tinggi-nya berubah menjadi pantofel, riasan glitter-nya menjadi debu, atau celana kulit-nya jadi celana kain? Ketika semua menjadi samar, hanya satu yang pasti: Adam harus memenuhi takdirnya sebagai seorang Super hero MADAME X.

Hal yang membuat saya tertarik untuk menonton Madame X adalah tema seputar superhero waria dan Joko Anwar yang ikut bermain dalam film ini. Saya penasaran akan memerankan karakter seperti apakah Joko Anwar? Dan ternyata, saya langsung tertawa geli melihat Joko Anwar memainkan karakter Aline (waria) yang berbadan gembul dan cukup banyak omong. Dengan tubuh gembul dan kasarnya membuat ia terlihat aneh memerankan karakter tersebut. 

Film ini bisa dibilang unik, nyentrik tapi juga aneh. Unik, karena ide yang jarang diangkat ke dalam film di Indonesia. Nyentrik, karena efek visual yang dengan sengaja dibuat agar telihat cheesy (kata sang sutradara, Lucky Kuswandi). Dan aneh, karena belum pernah ada seorang waria yang menjadi superhero. Namun saya bingung apa yang sebenarnya ingin ditonjolkan oleh Madame X?
Drama : tidak, action : terkesan hanya hiasan dan komedi : tidak begitu dominan.

Menurut saya, karakter Aline (Joko Anwar) dan Din (Vincent Rompies) inilah yang sukses menggelitik perut saya dengan gelagatnya. Kalau Amink, kita sudah tahu bahwa ia memang telah terbiasa memainkan peran seorang waria. Berbeda dengan Joko dan Vincent yang baru pertama kali memerankan karakter waria dan sukses mencuri perhatian saya.

Saya tidak memuji juga tidak menghardik Madame X. Kesimpulannya, film ini cenderung biasa-biasa saja.

2 comments:

Budi Cahyono said...

Hollywood dan Amerika yang katanya negeri bebas itu seharusnya iri nih, karena baru Indonesia yang punya jagoan superhero dari kalangan abu-abu..

abbas aditya said...

film ini udah gue kupas di blog gue. gue sih oke-oke aja bahkan gue beri rate lumayan. tapi ada benernya juga seperti kata lo, adegan action di film ini chessy banget. dan itu ketara banget di adegan fighting menuju ending film.

sama satu lagi yang cukup annoying, terlalu banyak bahasa yang digunain dan lumayan bikin gue bertanya-tanya. kira-kira kamus banci buatan debby sahertian masih ada nggak ya?